LEGENDA / ASAL MULA TELUK GELAM | SEJARAH
Tuesday, November 26, 2013
Kisah cerita Danau Teluk Gelam
yang berada di Daerah Kab. Ogan Komering Ilir (OKI) ini, dimana cerita dibawah
ini disusun oleh Yusrizal, sebagai kisah pengembangan Seni dan Budaya Disbudpar
OKI, cerita ini juga adalah hasil penelitian sejarah cerita rakyat pada tahun
1989, oleh beliau.
Pada zaman dahulu kala, dikawasan
Marga Bengkulah yang sekarang menjadi daerah Kec.Tanjung Lubuk, ada sebuah
kerajaan kecil yang dipimpin seorang raja yang arif dan bijaksana. Dia adalah
Raja Awang yang mempunyai permaisuri bernama Putri Rajenah, berasal dari daerah
Sugi Waras keturunan Arab yang dibawa oleh orang tuanya untuk menyebarkan Agama
Islam.
Raja Awang yang dikenal oleh
penduduknya baik dalam istana kerajaan maupun diluar istana sebagai seorang
raja yang bijaksana dan ramah tamah. Raja Awang dalam perkawinannya bersama
Putri Rajenah dikaruniai seorang putra yang bergelar Pangeran karena dia adalah
pewaris tahta kerajaan. Sang pangeran diberi nama Tapa Lanang.
Dalam kesehariannya, kondisi
kerajaan terasa damai dan tenteram, banyak kerajaan kecil lainnya yang
bergabung dengan pemerintahannya. Hasil pertanian dan perkebunan dari wilayah
kekuasaan Raja Awang banyak dibawa keluar kerajaan hingga kekawasan tanah
Palembang.
Ratu Putri Rajenah dikenal sebagai
sosok wanita yang cantik dan dekat dengan rakyatnya. Setiap ada acara di istana
dia mengharuskan untuk mengundang rakyat masuk ke istana untuk ikut bersama
dengan masyarakat dalam istana kerajaan. Kecantikan Putri Rajenah tersohor
kemana-mana.
Suatu hari Putri Rajenah memanggil
beberapa inang pengasuh untuk membicarakan hal ihwal yang saat itu merasuki
dirinya. Beliau menderita suatu penyakit, dimana penyakit yang diderita beliau
semakin hari semakin parah.
Sang raja pun mengutus hulu baling
kerajaan untuk mencari tabib guna mengobati penyakit sang permaisurinya.
Terkumpulah tabib terkenal dari berbagai penjuru, namun tak satupun yang mampu
menyembuhkan sang permaisuri.
Suatu hari ketika bercanda gurau
dengan putranya si Tapang Lanang, dimana kondisi tubuhnya saat itu semakin
lemas. Dia memanggil para inang untuk menggotongnya kembali masuk kamar,
melihat kondisi sang putri yang lemas, para inangpun khawatir dengan
kesehatan beliau, lalu disela-sela ketegangan itu sang permaisuri menarik
tangan putranya yang saat itu baru berusia tujuh tahun, sang putri pun sempat
melontarkan pesan baik pada putranya dan para inang.
Sang putripun berkata,
"Anakku..... seandainya ibu harus dipanggil sang Khalik, kamu harus tabah
menghadapi dunia yang serba fana ini, kamu jangan menjadi manusia cengeng, kamu
harus berani menghadapi berbagai tantangan hidup.”
Saat itu sang raja sempat
mendengar apa yang diutarakan permaisurinya. Seakan dia mengetahui bahwa
istrinya sudah diambang pintu kematian, dia tidak sempat berkata apa-apa, hanya
air mata menetes perlahan membasahi pipinya yang tampak kuyu karena lelah dan
selalu sedih melihat kondisi permaisuri yang tak kunjung sembuh.
Suatu hari dari istana berdatangan
berbunyian telukup atau bunyi pertanda bahwa diistana telah terjadi sesuatu musibah,
ternyata sang permaisuri telah meninggal, semua merasa sedih dan terharu karena
telah kehilangan seorang ibu yang baik, ramah dan pengasih sesama rakyat.
Menjelang 40 hari meninggalnya sang
permaisuri, Raja Awang menerima undangan dari suatu kerajaan di Pulau Jawa.
Karena diharuskan membawa permaisuri, maka penasehat kerajaan
memberi pandangan pada sang raja agar cepat mempersunting wanita sebagai
pengganti permaisuri yang telah meninggal.
Karena waktu yang mendadak, maka
sang raja harus jalan-jalan keluar istana. Pada saat itulah dia menemukan
seorang wanita yang dianggapnya patut untuk mendampinginya untuk memenuhi
undangan para raja-raja ditanah Jawa tersebut.
Setelah dia pulang ke istana dia
menceritakan hal ihwalnya tersebut kepada para penasehat. Namun dari tujuh
penasehat kerajaan ada satu yang menolak raja untuk mengawini wanita yang
dimaksud. Karena dia mengetahui tabiat wanita tersebut, disamping dia seorang
janda, dia juga mempunya seorang putra yang sebaya dengan sang pengeran. Dia
khawatir bakal ada persaingan terhadap kedua anak tersebut, namun dia kalah
suara dari 6 penasehat kerajaan lainnya, akhirnya Raja Awang harus menikahi
wanita tersebut.
Hari berganti hari, bulan berganti
bulan, tahunpun dilalui tiada terasa, kehidupan dalam kerajaan nampak tiada
perubahan, kedamaian tetap dirasakan, tanpa terasa usia perkawinan Raja Awang
sudah mencapai 21 tahun.
Suatu hari, Solim putra tiri sang
Raja Awang merasa iri melihat Pangeran Tapah Lanang, saudara tirinya mengenakan
pakaian kebesaranan sebagai pangeran yang suatu saat dia akan menggantikan
kedudukan ayahnya sebagai raja, dan dia pun mulai menyusun strategi untuk
memfitnah sang raja, dia mengatakan kepada sang raja bahwa sang pangeran telah
berbuat mesum dengan perempuan anak petani diluar istana, padahal sang pangeran
tidak pernah keluar istana semenjak ibundanya meninggal.
Dengan memperlihatkan bukti noda
darah dikain yang dikatakannya bahwa darah tersebut adalah darah
keperawanan sang wanita yang dimaksudnya.
Melihat kenyataan itu, sang raja
yang selama ini dikenal bijak dan arif, berubah menjadi sangat murka, dengan
kasar dan kejam dia menyiksa putra kandungnya, bahkan dia mengusirnya keluar
meninggalkan istana.
Sebelum Pangeran Tapah Lanang
meninggalkan pintu istana, ia sempat diantar beberapa orang pengawal istana,
termasuk para inang yang mengasuhnya sejak kecil. Pangeran memohon kepada hulu
balang dan inang, untuk menemaninya mampir dipusara sang ibundanya. Betapa haru
dan sedihnya para pengantarnya melihat sang pangeran dengan lembut mengelus
pusara bundanya dengan isak tangis yang memilukan.
Lalu, sang Pangeran mengembara entah
kemana dia akan pergi, berhari-hari dia menelusuri hutan belukar, akhirnya dia
singgah pada sebuah talang yang sekarang disebut dengan daerah Talang Pangeran.
Didaerah tersebut sang pangeran masih damai hidup sendiri karena dalam istana
dia selalu bermain dengan berbagai jenis hewan, maka sang pangeran tidak
merasakan kesepian, karena banyak hewan yang hidup disekelilingnya.
Suatu hari Ia berjalan meninggalkan
talang tersebut untuk mencari tahu daerah lain yang dianggapnya dapat memberi
kehidupan yang layak. Setelah melewati perjalanan yang jauh, sang pangeran tiba
di sebuah kawasan rawa, disana dia melihat ada sebuah gubuk yang hanya disangga
tiga batang tiang penyanggah.
Gubuk itu dihuni oleh seorang wanita
yang dianggapnya aneh, karena setiap dia mendekati gubuk tersebut, sang
penghuninya tidak pernah menampakkan wajahnya, dimana wajah itu selalu ditutupi
dengan rambut yang tebal dan panjang hinggah ke tanah.
Karena ingin tahu rupa wajah sang
wanita tersebut, maka sang pangeran mengambil kepingan batok kelapa yang
kemudian dilemparkannya kearah gubuk yang saat itu si wanita sedang duduk di
anak tangga.
Mendengar suara berdetak menerpa
dinding gubuknya, tanpa sadar wanita tersebut mengibaskan rambutnya. Saat itu
sang pangeran bukan main terkejutnya ketika melihat wajah si wanita betapa
buruk dan menakutkan, namun tiada lain dihutan tersebut pangeran tetap
mendekat, disamping dia ingin tahu secara detail siapa wanita itu, dan dia juga
berniat untuk memperistrinya.
Berbulan lebih mereka hidup sebagai
sahabat, namun belum pernah sang pangeran menyentuh tubuh wanita tersebut.
Suatu ketika seakan ada ghaib yang membisikan pada sang pangeran agar dia
mendekap sang wanita itu dari belakang, hal itupun dilakukan oleh sang
pangeran, saat itu bertepatan dengan suara gemuruh halilintar yang menamparkan
kemilau sinar api. Saat itu juga wanita membalikan tubuhnya menghadap kearah
sang pangeran, namun rambut panjang si wanita masih menutupi wajahnya, karena
persahabatan mereka berdua sudah kian akrab, tanpa segan sang pengeran mengelus
rambut sang wanita dan menyibakkannya. Betapa terkejutnya sang pangeran ketika
melihat wajah wanita yang dikenalnya sangat buruk dan menakutkan telah berubah
menjadi wajah yang sangat cantik jelita.
Dan sang pangeran pun berlari
kedekat kubangan babi yang berisi air, dan diapun mengambil air tersebut dengan
belahan tempurung kelapa, dibawanya kehadapan sang wanita tersebut dan menyuruh
wanita itu untuk melihat wajahnya dari air tersebut. Ketika sang wanita
melihat wajahnya dan dia pun terkejut, karena wajahnya telah kembali baik
sedia kala. Lalu si wanita tersebut mengucapkan terima kasih kepada sang
pangeran.
Sesudah dia mengucapkan terima kasih
ke sang pangeran, si wanita pun menceritakan masa lalunya kepada sang pangeran.
Ternyata wanita tersebut adalah anak raja dari kerajaan kecil yang ada di
wilayah Kuto Besi yang saat ini masuk dikawasan Lempuing.
Dia juga diusir oleh ayahnya, karena
difitnah para inang pengasuh kerajaan bahwa dia (Sang Putri) telah melakukan
zinah diluar pernikahan. Karena perbuatan tersebut aib bagi kerajaan, maka sang
raja menyuruh si penyihir untuk merubah wajah sang putri agar menjadi buruk dan
menakutkan, setelah itu sang putripun dibuang ke hutan belantara oleh si
penyihir putri raja, kini wajahmu telah buruk dan menakutkan. Wajah aslimu akan
kembali. Si penyihir pun berjanji, “tubuhmu disentuh oleh orang yang bukan
muhrimmu, dan kecantikanmu akan kembali utuh bila lelaki yang menyentuhmu
bersedia untuk mengawinimu.”
Lalu, sang putripun memberitahukan
kepada sang pangeran, bahwa dirinya diberi nama oleh ayahnya Putri Gelam.
Sejak itulah mereka mengarungi
bahtera kehidupan rumah tangga yang kemudian dari hasil perkawinan mereka
dikaruniai dua orang anak, satu laki-laki dan satu perempuan, dan kehidupan
mereka pun dipenuhi oleh kegiatan bercocok tanam. Kadangkala Pangeran Tapah
Lanang membawa hasil kebun mereka ke desa-desa terdekat untuk ditukar dengan
kebutuhan yang lain. Demikian keseharian mereka yang selalu disibukkan oleh
kegiatan keluar masuk desa untuk menukarkan hasil kebun mereka. Hasil
perkebunan dari Pangeran Talang Lanang sangat menjanjikan, hingga diketahui
oleh orang lain.
Suatu hari, gubuk mereka kedatangan
tamu tak diundang, untuk merampas semua hasil kebun yang berada dibawah gubuk
mereka. Saat itu pangeran dan isterinya sedang sibuk menanam kelapa dikebun,
sementara kedua anaknya ditinggal didalam gubuk. Setelah kedua anak itu melihat
dan menyaksikan si perampok menggasak hasil kebun mereka, anak itu pun berusaha
melarikan diri dan meninggalkan pondok dengan berupaya terjun dari pondok.
Namun sekawanan perampok tersebut sigap, dan akhirnya anak laki-laki dari
pangeran dan sang putri tertangkap, sedangkan anak perempuannya berlari
sekencangnya masuk kedalam hutan.
Anak laki-laki itupun sempat meronta
dan menjerit untuk meminta pertolongan, dan sang perampok dengan kasar menyiksa
hingga anak tersebut tewas, dan jasadnya pun dibuang pada bekas kubangan babi
yang tidak jauh dari pondok mereka.
Beberapa perampok masih ada dipondok
mereka untuk menikmati apa saja yang ada dan yang bisa mereka makan. Ketika
kawanan perampok sedang menikmati semua itu, sang pangeran dan istrinya pun
pulang. Betapa geramnya sang pangeran ketika melihat pondoknya telah
berantakan, tanpa basa-basi lagi, sang pangeran pun langsung menyerang para
perampok, dan terjadilah pertarungan yang sangat sengit, sementara itu putri
Gelam pun sibuk mencari dan memanggil putra putri mereka.
Satu persatu pun para perampok
tumbang ditangan pangeran. Setelah semuanya mati terbunuh, pangeran ingat akan
putra putrinya, diapun berlari kesana kemari sambil memanggil anak-anaknya,
namun apa yang terjadi, seketika pangeran terperangah, melihat sosok putranya
telah terkapar bersimbah darah.
Setelah mengetahui putranya tak
bernyawa lagi, pangeranpun langsung menangis sejadi-jadinya, tanpa
dihiraukannya lagi jasad putranya. Dia terhuyung kesana kemari sambil menjerit,
dan akhirnya dia tersungkur pada tanah bekas kubangan babi. Tangisnya kian
menjadi, air mata yang mengucur tiada henti menggenangi tanah berlubang bekas
kubangan babi tempat dia tersungkur, lama-lama kian membanjiri dan
menenggelamkannya. Dimana saat itu tubuh sang pangeran hanya terlihat bagian
kepala saja. Saat itu istrinya berupaya untuk menarik rambut suaminya, namun
seakan ada magnet yang menyeret tubuh pangeran hingga terhisap didalam genangan
air yang kian membesar, dan putri Gelampun terlempar dan tersangkut pada
pepohonan.
Suatu keajaiban pun terjadi,
kubangan babi itu meluas hingga membentuk sebuah danau, dan munculah sosok yang
menjelma seeokor ikan besar sebagai jelmaan dari tubuh sang pangeran, sementara
sosok putri Gelam yang tersangkut dipepohonan menjelma sebagai seekor burung putih
berleher panjang.
Tahun terus berganti, setiap bulan
purnama terjadilah pertemuan antara seekor ikan besar dan seeokor burung
ditepian danau tersebut, setiap habis bulan purnama pula lah selalu terdapat
hamparan telur burung yang kemudian jadi santapan para pemancing.
Semenjak adanya danau tersebut, warga kampung
sekitar menamakannya Danau Teluk Gelam. Danau adalah jelmaan dari kubangan babi
yang digenangi air mata sang pangeran, sedangkan Teluk adalah kata dari telur
dan Gelam adalah nama burung jelmaan dari si Putri Gelam, sampai saat ini danau
tersebut identik dengan sebutan “DANAU TELUK GELAM” yang saat ini menjadi
primadona kawasan Wisata Alam di Ogan Komering Ilir (OKI)
1 komentar
Great reading your bblog
ReplyDeleteMari beri kritik dan saran untuk kemajuan bersama